RSS

Brainstroming : Perubahan Organisasi

Perubahan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Seiring berkembangnya jaman perubahan menjadi suatu hal yang menjadi perlu untuk dilakukan. Perubahan akan membuat sesuatu menjadi lebih baik atau malah menjadi lebih buruk. Salah satu yang mengalami perubahan adalah Organisasi. Perubahan dapat terjadi dalam sebuah organisasi. Dengan adanya perubahan beberapa perusahaan bisa berkembang pesat atau malah menurun. Olehsebab itu harus ada perubahan dalam misinya, guna membuat tujuan perusahaan bisa tercapai.
McNamara (n.d) mengatakan, saat ini, organisasi menghadapi perubahan cepat yang belum pernah dialami sebelumnya. Globalisasi telah meningkatkan pasar dan kesempatan untuk perkembangan sebuah organisasi. Disampingitu, meningkatnya kebutuhan pasar telah membuat kebutuhan dan ekspektasi menjadi lebih bervariasi. Olehsebab itu perlu adanya sebuah perubahan yang dibutuhkan perusahaan guna memenuhi kebutuhan pasar yang semakin bervariasi.

Definisi Perubahan Organisasi
Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari keadaannya yang sekrang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektifitas organisasinya. Tujuannya adalah untuk mencari cara baru atau memperbaiki dalam menggunakan resources dan capabilities dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan meningkatkan hasil yang diinginkan kepada stakeholders.
Menurut Desplaces (2005) perubahan yang terjadi dalam organisasi seringkali membawa dampak ikutan yang selalu tidak menguntungkan. Bahkan menurut Abrahamson (2000), perubahan itu akan menimbulkan kejadian yang “dramatis” yang harus dihadapi oleh semua warga organisasi. Desplaces (2005) mengutip kajian yang dilakukan Poras dan Robertson’s (1992) menyatakan bahwa kebijakan perubahan yang dilakukan oleh organisasi hanya memberikan  manfaat positif bagi organisasi sebesar 38%. Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa praktisi tetap menyakini tentang pentingnya suatu organisasi untuk melakukan perubahan.


Dimensi Perubahan Organisasi
Dimensi perubahan organisasi dapat diartikan sebagai aspek dalam organisasi yang dapat berubah. Perubahan ini dapat terjadi pada beberapa sektor dalam perusahaan, yakni struktural, fungsional dan kultural.
1.        Dimensi Struktural, merupakan aspek dalam perusahaan berbentuk struktural yang dapat berubah. Aspek ini secara sederhana dapat kita katakan sebagai perubahan jabatan atau struktur organisasi dalam sebuah perusahaan. Misalnya adanya kenaikan atau penuruan jabatan dalam struktur organisasi
2.        Dimensi Fungsional, merupakan aspek dalam perusahaan yang berbentuk fungsional yang dapat berubah. Aspek ini secara sederhana dapat kita katakan sebagai perubahan fungsi kinerja suatu divisi dalam perusahaan. Misalnya divisi Management Komunikasi dan Public Relations dilebut menjadi sebuah fungsi baru yakni divisi PR.
3.        Dimensi Kultural, merupakan aspek budaya dalam perusahaan yang dapat berubah. Diantara ketiga dimensi tersebut, Kultural adalah dimensi yang paling sulit berubah. Diperlukan kepemimpinan visioner untuk mengubah dimensi kultural untuk individu maupun untuk organisasi.

Perubahan Terencana dan Tidak Terencana
Perubahan terencana merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin, untuk membedakan perubahan yang disengaja digerakkan dan direncanakan organisasi dengan perubahan yang berlangsung tidak disengaja. Menurut Greenberg dan Baron (1997), terdapat beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan. Mereka memisahkan antara perubahan terencana dan perubahan tidak terencana.
Perubahan terencana adalah aktivitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan desainnya untuk memenuhi tujuan organisasi. Mardikanto (2010) menyatakan bahwa perubahan terencana, pada hakekatnya merupakan suatu proses yang dinamis, yang direncanakan oleh seseorang (secara individual atau yang tergabung dalam suatu lembaga-lembaga sosial). Artinya, perubahan tersebut memang menuntut dinamika masyarakat untuk mengantisipasi keadaan-keadaan di masa mendatang (yang diduga akan mengalami perubahan) melalui pengumpulan data (baik yang aktual maupun yang potensial) dan menganalisisnya, untuk kemudian merancang suatu tujuan-tujuan dan cara mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan di masa mendatang.
Perubahan tidak terencana merupakan pergeseran dalam aktivitas organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, di luar kontrol organisasi. Perubahan tidak terencana merupakan perubahan yang terjadi dalam organisasi yang bersifat spontan, tanpa ada arahan dari pihak-pihak tertentu. Perubahan tidak terencana biasanya terjadi secara tiba-tiba dan menuntut respon yang tanggap dan cepat dari anggota organisasi. Perubahan tidak terencana merupakan jenis perubahan yang tidak dapat diantisipasi oleh organisasi.  Contoh dari perubahan tidak terencana yaitu adanya Pemogokan liar yang membuat organisasi/perusahaan terpaksa tutup, perubahan politik internal organisasi, dampak bencana alam.

Fase Dalam Perubahan Organisasi
Proses perubahan organisasi adalah konsep daur hidup atau life cycle. Organisasi mengalami proses kelahiran pertumbuhan, berkembang, kematangan, kemunduran dan akhirnya mengalami kematian sebagaimana dalam semua sistem biologi dan sistem sosial. Fase-fase perkembangan organisasi juga memiliki sifat kuantitatif dan kualitatif yang merupakan indikator “mati-hidup” suatu organisasi.
Organisasi juga harus melihat arah perubahan lingkungan yang pasti dan yang tidak pasti. Artinya, organisasi adaptif atas perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, suatu organisasi haruslah mengembangkan strategi dalam mengadaptasi perubahan lingkungan, termasuk strategi dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan. Untuk ini perlu kiranya merencanakan perubahan organisasi, termasuk di dalamnya mengembangkan organisasi.
Proses Perubahan organisasi mencakup :
1.        Mengadakan pengkajian
2.        Mengadakan identifikasi
3.        Menetapkan perubahan
4.        Menentukan strategi
5.        Melakukan evaluasi
Menurut McCalman perubahan suatu organisasi memerlukan apa yang disebut dengan Perpetual Transition Management, yaitu suatu kerangka kerja manajemen transisi yang akan memberikan sejumlah pemahaman penting tentang apa yang memicu adanya perubahan-perubahan di dalam organisasi dan bagaimana organisasi tersebut bereaksi terhadapnya. Model manajemen transisi tersebut mencakup 4 (empat) macam proses yang saling terkait dan beroperasi pada tingkatan yang berbeda dan mencakup berbagai factor yang berbeda pula dalam hirarkhi keorganisasian. Adapun keempat macam lapisan tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Lapisan pemicu (the trigger layer)
Berhubungan dengan identifikasi kebutuhan dan peluang-peluang untuk perubahan penting, yang dirumuskan secara sadar dalam wujud peluang-peluang dan bukan dalam bentuk ancaman-ancaman atau krisis-krisis.

2.        Lapisan visi (the vision layer)
Menetapkan perkembangan masa yang akan datang organisasi yang bersangkutan, dengan jalan menekankan suatu visi dan mengkomunikasikannya secara efektif, sehubungan dengan arah kemana organisasi tersebut sedang melaju.

3.        Lapisan konversi (the conversion layer)
Dibentuk guna memobilisasi dukungan di dalam organisasi yang bersangkutan, bagi visi baru tersebut sebagai metode yang paling tepat dalam hal menangani pemicu-pemicu perubahan tersebut.

4.        Lapisan pemeliharaan dan pembaruan
Mengidentifikasi cara-cara dengan apa perubahan dipertahankan, serta dikembangkan melalui perubahan-perubahan dalam sikap dan prilaku, dan dipastikan tidak akan kembalinya organisasi tersebut ke tradisi-tradisi yang berlaku sebelumnya.

Respon Dalam Perubahan Organisasi
            Segala sesuatu pasti ada pro dan kontra, tidak terkecuali perubahan organisasi. Dalam menanggapi adanya perubahan organisasi selalu ada yang pro dan kontra. Ada sebagian orang maupun kelompok yang akan setuju ada juga yang tidak setuju. Biasanya orang-orang yang tidak setuju akan adanya perubahan, biasanya melakukan penolakan. Penolakan inilah yang biasanya disebut sebagai Resistensi Perubahan.
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa sangat terlihat (eksplisit) atau juga bisa tersirat (implisit).
Robbins (2001) menggelompokkan sumber penolakan terhadap perubahan. Klasifikasi tersebut terdiri dari penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional. Resistensi Individual, terjadi karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan, seperti beberapa terkait: kebiasaan, rasa aman, faktor ekonomi, takut akan sesuatu yang tidak diketahui, dan persepsi. Resistensi Organisasional, merupakan penolakan yang secara aktif seluruh karyawan dalam perusahaan menolak adanya perubahan.
Selanjutnya Robbins (2001) menjelaskan beberapa sumber yang menolak perubahan :
1.        Inersia Struktural, Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.

2.        Fokus Perubahan Berdampak Luas, Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
3.        Inersia Kelompok Kerja, Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya.
4.        Ancaman Terhadap Keahlian, Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keahlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar.
5.        Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan yang Telah Mapan. Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.
6.        Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya, Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka.

Mengkomunikasikan dan Mengatur Perubahan dengan Efektif
Komunikasi yang efektif adalah penting untuk mencapai perubahan yang sukses dan bertahan. Karyawan lebih mungkin berkomitmen untuk berubah ketika mereka telah menerima penuh dan jelas informasi tentang sifat perubahan dan alasan untuk perubahan. Sebaliknya, orang lebih cenderung untuk menolak perubahan ketika komunikasi yang jelas dan jujur ​​tidak ada. Beberapa aturan dasar berlaku untuk komunikasi organisasi yang baik. Ini adalah hal penting pada setiap saat tetapi menjadi yang utama selama periode perubahan.
1.         Mengakui bahwa organisasi bervariasi, mereka tidak entitas homogeny, dan berkomunikasi yang sesuai. Gunakan berbagai metode komunikasi termasuk tergantung pada audiens yang dituju dan pesan: pertemuan / forum (kecil dan besar); komunikasi tertulis (formal dan informal), dan diskusi individu dengan cara tatap muka.
2.         Dengar, jangan hanya bicara. Komunikasi harus dua arah dan benar-benar interaktif. Orang harus didorong untuk memberikan komentar secara terbuka, untuk mencari informasi dan klarifikasi tentang perubahan dan peran mereka dalam mencapai perubahan mereka. Sekarang penting untuk benar-benar mendengarkan, dan mempertimbangkan, apa yang dikatakan yang baik dan buruk tentang perubahan. Mengkomunikasikan alasan untuk perubahan, apa yang terjadi, mengapa dan bagaimana hal itu terjadi, apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dilakukan.
3.         Menunjukkan komitmen untuk komunikasi asli dan terbuka di semua tingkat manajemen dan melibatkan semua manajer dalam proses berkomunikasi tentang perubahan. Komunikasi dari para pemimpin perubahan dan manajer harus teratur, tepat waktu, jujur​​, jelas, interaktif dan mudah dimengerti. Hindari jargon dan hype! Komunikasi harus terbuka dan jujur ​​termasuk informasi tentang kesuksesan, tetapi juga tentang kegagalan atau jika terjadi miss langkah dan ketika yang terakhir ini terjadi.
Di atas semua, luangkan waktu untuk berkomunikasi. Perubahan organisasi yang sukses membutuhkan waktu. Demikian juga komunikasi tentang perubahan.

Managing Change : An Adaptive Approach
Perubahan organisasi terjadi ketika perusahaan membuat transisi dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkannya nanti. melakukan management pada perubahan organisasi merupakan proses dari perencanaan dan implementasi perubahan dalam organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi karyawan yang menentang (resistance) dan meminimalisir biaya yang perusahaan gunakan guna memaksimalkan efektifitas dari perubahan yang dilakukan.
Melakukan management perubahan yang efektif, membutuhkan keinginan organisasi untuk berpindah dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkan nanti. Managament perubahan dilakukan dengan biaya (cost) seminimal mungkin. Inc.com (n.d) menjelaskan beberapa teknik dalam melakukan management perubahan yang efektif.
1.        Memahami posisi perusahaan saat ini. Hal ini termasuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang dialami perusahaan, menentukan prioritas permasalahan yang harus segera diselesaikan dan menentukan perubahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan
2.        Membuat perencanaan terkait perubahan yang diinginkan kedepannya bagi perusahaan. Kegiatan ini termasuk mempertimbangkan situasi perusahaan setelah perubahan dilakukan dan memberikan gambaran yang jelas kepada seluruh publik perusahaan terkait perubahan

3.        implementasi perubahan. Kegiatan ini termasuk melakukan transisi secara efektif. kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara membuat perencanaan, mengalokasikan sumberdaya, dan menunjuk seseorang sebagai (key person) untuk bertugas sebagai agen perubahan. Pemimpin perusahaan juga harus memicu antusias karyawannya untuk menerima perubahan dengan cara menyebarkan informasi terkait adanya tujuan perubahan.


Sumber :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Mimin%20Nur%20Aisyah,%20M.Sc.,%20Ak./Bab%2012%20Perubahan%20&%20Pengembangan%20Organisasi.pdf
http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/files/2012/12/Bab-15-16-Perubahan-Organisasi.pdf
Rosyid, Muh. 2009. Perubahan Terencana. www.rosyid.info/2009/03/perubahan-terencana
Sent from my iPad
http://www.inc.com/encyclopedia/managing-organizational-change.html
http://managementhelp.org/organizationalchange/index.htm?PHPSESSID=900e2200ce5dd66bf5c5a7252da24633
http://pramartadio.student.esaunggul.ac.id/2013/06/13/mencapai-perubahan-organisasi-yang-sukses-dengan-perintah-dan-larangan-dari-manajemen-perubahan/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment