Pendekatan Sifat Terhadap Gaya
Pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk
memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara
yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang enerjik, kecakapan kerja yang
berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan
kesinambungan dalam organisasi.
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja (operating style) atau cara bekerja sama dengan orang
lain yang konsisten. Konsep gaya menunjukkan bahwa kita berurusan dengan
kombinasi bahasa dan tindakan, yang tampaknya menggambarkan suatu pola yang
cukup konsisten. Pola bahasa dan tindakan yang dapat digunakan seseorang untuk
membantu orang lainnya mencapai hasil yang diinginkan yakni mengendalikan atau mengarahkan orang
lain, memberi tantangan atau rangsangan kepada
orang lain, menjelaskan kepada atau member instruksi kepada orang laion,
mendorong atau mendukung orang lain, memohon atau membujuk orang lain, melibatkan
atau memberdayakan orang lain, memberi ganjaran atau memperkuat
orang lain.
Mengendalikan, misalnya dicapai melalui bahasa dan tindakan
yang melarang atau membatasi apa yang boleh dilakukan seseorang. Gaya
mengendalikan menimbulkan suatu intonasi suara, cara bereaksi, penggunaan
kata-kata dan frase khas, dan beberapa sikap serta tindakan yang komplementer,
saling berkaitan, dan terpola.
Terdapat Beberapa Pola Pendekatan Sifat Terhadap Gaya, yaitu :
- NREL – Gaya Kepemimpinan: Suatu Matriks Perilaku (Sayers, 1978) yang menghasilkan data mengenai empat gaya yang berbeda: peningkat (promoting), pengendali (controlling), penganalisis (analyzing), dan pendukung (supporting).
- MALONE – Survei Gaya Perilaku: pengatur, pembujuk, penganalisis, dan pendukung.
- TRACOM – Profil Gaya Sosial: analitis, pendorong, ramah, dan ekspresif, yang tampaknya ekuivalen dengan berpikir (analitis), merasa (ekspresif), intuisi (ramah), dan pengindraan (pendorong).
Konsep ini menganalisa kecenderungan
prilaku manusia, bukan kepribadian, berdasarkan dua dimensi, yakni: ketegasan
(assertiveness) dan tanggapan (responsiveness), yang dipetakan menjadi
salib-sumbu sehingga tercipta empat kwadran. Ketegasan (Assertiveness)
dipetakan pada sumbu horizontal, bagian kiri kurang tegas, bagian kanan lebih
tegas. Tanggapan (Responsiveness) dipetakan pada sumbu veritikal, bagian atas
cenderung diam atau kurang menyatakan tanggapannya, bagian bawah cenderung
menyatakan tanggapannya.
Kwadran I:
Analytical
Orang ini cenderung tampak pediam,
logis, dan jaga jarak. Mereka kurang suka bergaul dan hanya berkomunikasi
dengan orang lain bila ada keperluan spesifik. Orang ini akan koperatif bila
diberi kebebasan untuk bekerja dengan caranya sendiri. Cenderung berhati-hati
dalam mengembangkan persahabatan. Memiliki disiplin waktu yang kuat, lambat
dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Dia bertindak dengan tujuan yang jelas
dan butuh waktu untuk mengkaji semua fakta dan data yang ada, sebelum mengambil
keputusan atau bertindak. Mereka tidak melayani permintaan yang tergesa-gesa. Tipe
ini cenderung membuat keputusan berdasarkan fakta dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggung-jawabkan. Dia perlu bukti sebelum membuat keputusan, dan
ingin memastikan bahwa keputusan yang dibuatnya benar untuk saat ini dan masa
yang akan datang.
Kebutuhannya: Sesuatu yang benar
Kwadran II:
Driver
Orang ini tampak aktif, kuat, dan
berpendirian teguh. Gaya bicaranya langsung, tidak berputar-putar. Punya
inisiatif untuk berinteraksi sosial, dalam beraktifitas selalu berfokus pada
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam pekerjaan lebih berorientasi pada
tugas dan hasil, daripada orang dan hubungan, sehingga terkesan sebagai orang
yang dingin, kurang ramah jaga jarak dan terkadang menyendiri. Mereka cenderung
tidak menunjukkan perasaan secara terbuka.
Orang ini kurang/tidak toleran terhadap
tindakan yang dianggap membuang-buang waktu. Mereka lebih suka langsung pada sasaran
dan berfokus pada target. Mereka lebih menyukai orang yang menghargai waktu dengan
tetap berpegang teguh pada jadwal kerja. Ketika membuat keputusan orang ini
lebih suka bila tersedia fakta-fakta, informasi relevan, dan pilihan yang
layak. Orang ini menyukai kekuasaan dan membuat keputusan sendiri. Dia tidak
suka diberitahu apa yang harus dilakukan.
Kebutuhannya: Hasil
Kwadran III:
Expressive
Orang ini terbuka dalam mengekspresikan
perasaannya. Dia bisa bereaksi impulsif dan secara terbuka memperlihatkan
perasaan positif maupun negatif. Dia biasanya digambarkan sebagai orang yang ramah,
banyak bicara, dan kadang-kadang berprasangka buruk. Orang ini komunikatif, menyenangkan, menarik,
mudah didekati, dan suka bersaing. Secara umum dia lebih suka pendekatan yang
lebih sederhana jika dibandingkan dengan orang dari kwadran yang lain, bahkan
punya kecenderungan terlalu menyederhanakan masalah. Dia sering berbagi pemikiran
dan perasaannya secara terbuka dengan orang lain.
Orang ini cenderung bertindak cepat,
kurang disiplin dalam hal waktu. Dia menghargai orang lain, cepat melebur dalam
interaksi sosial, dan cepat berubah haluan. Dalam membuat keputusan, orang ini cenderung
untuk mengambil risiko berdasarkan pendapat orang yang ia anggap penting atau
sukses. Pendapat orang itu bisa berperan lebih penting dalam pengambilan
keputusan daripada fakta atau logika. Dia tertarik pada manfaat atau insentif
khusus ketika membuat keputusan.
Kebutuhannya: Pengakuan pribadi
Kwadran IV:
Amiable
Orang ini secara terbuka menunjukkan
perasaannya kepada orang lain, tidak banyak menuntut, dan secara umum lebih
mudah bersepakat jika dibandingkan dengan orang dari kwadran yang lain. Mereka
tertarik untuk membangun hubungan baik dengan orang lain, terkesan sebagai
orang yang informal, sederhana, dan santai. Orang dengan gaya Amiable adalah yang paling
“berorientasi pada manusia” diantara keempat gaya. Bagi dia, manusia harus
diperlakukan sebagai manusia, tidak diperlakukan sebagai alat untuk mencapai
hasil atau pengakuan belaka. Orang ini lebih suka bekerja-sama atau
berkolaborasi dengan orang lain, daripada bersaing.
Orang ini cenderung lambat dan kurang
disiplin dalam hal waktu, lebih suka menghindari konfrontasi, memerlukan
basa-basi dan sosialisasi sebelum membicarakan topik inti yang ingin
dibicarakan. Dia menghargai masukan, dan keputusannya bisa dipengaruhi oleh
orang lain. Dia bukan orang yang berani mengambil resiko, berusaha mengurangi
resiko dengan memastikan tindakannya tidak akan merusak hubungan pribadi dengan
orang pihak lain.
Kebutuhannya: Keamanan pribadi.
- PERFORMAX – Sistem Profil Pribadi: empat emosi utama yang cenderung tempat berhimpun berbagai perilaku; dominasi (dominance), pengaruh (ibfluence), patuh (submission), dan rela (compliance). Dominasi amat mirip dengan pengatur, pengendali dan pendorong; pengaruh memiliki kesamaan sifat dengan peningkat, pembujuk, dan ekspresif; kerelaan memiliki sejumlah sifat pendukung dan ramah; dan kemantapan tampaknya seperti penganalisis dan bersifat analitis.
Gaya Pengoprasian
Secara sederhana Gaya Pengoprasian
dimaknai sebagai pola perilaku seseorang yang konsisten , yang diamati oleh
orang lain bila ada orang yang berusaha membantu orang lainnya untuk mencapai
tujuan. Lebih lanjut, Gaya Pengoprasian dijelaskan sebagai keputusan-keputusan
tertentu yang dibuat manusia dapat diduga dari gaya mereka; kemampuan menduga
keputusan seseorang memungkinkan kita untuk memahami bagaimana mereka akan
memberi tanggapan atas berbagai pengarahan, kesempatan, tantangan, dan
perubahan kondisi. Gaya pengoperasian adalah pola perilaku seseorang yang
konsisten, yang diamati oleh orang lain bila ada orang yang berusaha
membantuorang lainnya untuk mencapai tujuan. Ada dua perangkat kecenderungan
perilaku meliputi kebanyakan gaya :
- kecenderungan memprakarsai versus mendukung
- kecenderungan hubungan (relational) versus kecenderungan bergagasan
Kecenderungan-kecenderungan ini bergabung menjadi matriks
empat-sel. Kecenderungan memprakarsai terungkap bila orang mengambil langkah
pertama untuk memulai sesuatu, dan menunjukkan usaha dan arah untuk melakukan
tindakan; Kecenderungan mendukung terungkap bila orang memberi dukungan,
bertahan tanpa gagal atau menghasilkan sesuatu, dan membantu orang lain untuk
melanjutkan kegiatan mereka. Pemikiran hubungan terpusat pada hubungan
emosional diantara manusia. Pemikiran gagasan terpusat pada gagasan-gagasan, objek,
dan konsep-konsep abstrak.
- Kombinasi kecenderungan memprakarsai dengan pemikiran relasional menghasilkan suatu gaya pedagang (dealer)
- kombinasi kecenderungan mendukung dan pemikiran bergagasan menghasilkan gaya pemilik (holder).
- Kombinasi kecenderungan memprakarsai dan pemikiran bergagasan menghasilkan gaya penggerak (mover),
- kombinasi kecenderungan mendukung dengan pemikiran relasional menghasilakn gaya pemberi (giver).
- Para pedagang amat diplomatik, santai secara sosial, pandai menggambarkan
Perangkat bahasa yang digunakan secara luas untuk
mengungkapkan makna pengalaman disebut kiasan (metaphor). Kiasan
memberi makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal lainnya,
dengan berbicara tentang situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua.
Kiasan mempengaruhi cara berpikir kita, dan membantu kita berpikir dengan
membuang beberapa karakteristik tertentu secara ringkas dan mengubahnya dari
sesuatu menjadi yang lainnya tanpa menyebutkan karakteristik-karakteristik
tersebut satu per satu, sehingga menghasilkan suatu keseluruhan yang padat dan bertalian
secara logis. Kiasan cenderung melekat dalam ingatan karena selain ungkapannya
ringkas, juga seringkali baru dan gamblang. gaya pengoperasian adalah ukuran
holistik kecenderungan seseorang bersikap sesuai dengan cara yang kurang lebih
menjadi kebiasaannya.
Gaya Kepemimpinan Paling Efektif di FISIP UB
Kami melakukan observasi ringan tentang
gaya kepemimpinan yang menurut kami efektif di salah satu organisasi mahasiswa
di FISIP Universitas Brawijaya. Organisasi yang kami observasi adalah Himpunan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi atau Himanika, periode kepengurusan 2013. Ketua
Himanika 2013 adalah Firma Zuhdi yang merupakan Mahasiswa Ilmu Komunikasi
angkatan 2011. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa ada
beberapa gaya kepemimpinan yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut, Firma dapat dianalisis menggunakan
beberapa gaya, diantaranya
1. Teori
Kisi Kepemimpinan (Blake dan Mouton)
Jika dianalisis
menggunakan Teori Kisi Kepemimpinan Blake dan Mouton, maka Firma termasuk dalam
Gaya tim (team style), yaitu bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan-alasan
timbulnya perbedaan dan mencari
penyebab utamanya. Pemimpin tim mampu menunjukkan kebutuhan akan saling
mempercayai dan saling menghargai di antara sesama anggota tim, juga menghargai
pekerjaan.
Gaya ini terlihat jelas ketika pertengahan masa kepengurusan, para
Pengurus Himanika mulai menurun semangat kerjanya dikarenakan banyaknya tugas
kuliah yang harus mereka kerjakan. Firma menyadari penurunan ini, kemudian
melakukan sharing dengan menggunakan media rapat evaluasi rutin pengurus
Himanika. Pada rapat ini, Firma bertanya pada satu per satu pengurus tentang
kendala-kendala yang mereka hadapi, serta ada atau tidaknya masalah antar
divisi atau antar individu dalam kepengurusan. Hasilnya, setelah sharing ini
semangat pengurus kembali meningkat dan dapat melanjutkan tugas dan program
kerja masing-masing yang belum terlaksana.
2. Teori
Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard)
Jika dianalisis menggunakan Teori Kepemimpinan Situasional, Firma termasuk dalam gaya Berpartisipasi (Participating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak-buah yang bersama-sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya.
Firma memberikan kebebasan pada setiap divisi untuk merancang program-program kerja yang akan dilaksanakan selama satu periode kepengurusan. Program-program kerja masing-masing divisi kemudian dirapatkan untuk mendapatkan saran dan kritik dari anggota yang lainnya. Firma tidak memaksakan pendapatnya untuk selalu diterima oleh anggotanya. Firma memberikan kebebasan selama alasan yang diutarakan oleh anggota bersifat logis.
3. Teori
empat-sistem (Likert)
Jika dianalisis menggunaka Teori Empat Sistem Likert, maka Firma termasuk
pada Gaya Pengajak-Serta (participative). Gaya ini amat
sportif, dengan tujuan agar organisasi berjalan baik melalui partisipasi nyata pegawai. Firma
selalu berusaha untuk lebih memaksimalkan dan mengedepankan peran serta dari
setiap anggota, baik pengurus Himanika maupun staf. Hal ini diwujudkan dalam
setiap program yang dilaksanakan. Gaya ini kemudian menimbulkan efek perasaan
bangga di hati anggota karena merasa dihargai dan didengar pendapatnya oleh
pimpinan tertinggi dalam organisasi.
Sumber :
Sumber :
0 comments:
Post a Comment